Empat Pilar Kunci:
Meraih Sukses dan Bahagia dalam Naungan Surah Al-Ashr

 

Muqaddimah
Dalam hidup, setiap manusia mendambakan kesuksesan dan kebahagiaan yang hakiki. Namun, jalan menuju tujuan ini sering kali penuh tantangan dan memerlukan panduan yang jelas. Surah Al-Ashr dalam Al-Qur’an memberikan peta sederhana namun mendalam untuk mencapai keberhasilan tersebut. Allah menjelaskan bahwa manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang menghidupkan empat pilar utama: iman, amal shaleh, saling menasihati dalam kebenaran (dakwah), dan bersabar.

Empat prinsip ini bukan hanya konsep teoretis, tetapi panduan praktis untuk membangun kualitas diri dan hubungan dengan orang lain. Dari berilmu hingga berdakwah, serta dari beramal hingga bersabar, keempatnya saling melengkapi, menciptakan harmoni antara kesempurnaan internal dan eksternal.

 

Firman Allah:

وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ

“Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.”

Empat Pilar Kunci

  1. Berilmu

Menuntut ilmu merupakan pondasi utama dalam perjalanan hidup seseorang. Aktivitas ini tidak hanya sekadar proses belajar, tetapi juga bentuk ibadah yang memiliki nilai besar di sisi Allah, terutama ketika dilandasi dengan niat yang tulus. Keikhlasan ini dapat diwujudkan dengan tujuan seperti menaati perintah Allah dan Rasul-Nya, membebaskan diri dari kebodohan, serta membawa manfaat bagi orang lain melalui dakwah. Selain itu, ilmu juga menjadi benteng untuk menjaga kemurnian dan kehormatan agama. Imam Ahmad rahimahullah berkata:

‌العلم ‌لا ‌يعدله ‌شيء. و نقل مهنا: (طلب العلم أفضل الأعمال لمن صحت نيته) قيل: فأي شيء تصحيح النية؟ قال: يطلب بنية تواضع به ونفي جهل: عنه

“Ilmu tidak ada bandingannya dengan apapun. Dalam suatu riwayat disebutkan: “Menuntut ilmu adalah amalan terbaik bagi siapa saja yang memiliki niat yang benar.” Lalu seseorang bertanya: “Apa maksud dari niat yang benar?” Dijawab: “Menuntut ilmu dengan tujuan untuk bersikap rendah hati (tawadhu dan tidak sombong), serta menghilangkan kebodohan dari dirinya.” (Sa’ad, 1994). Dalam redaksi lain, Ketika ditanya tentang maksud dari niat yang benar, beliau berkata:

يَنوِي بذلك رَفْع الجَهْل عن نَفْسه وعن غيره

“Menuntut ilmu dengan niat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari selainnya.” (Ibnu-‘Utasaimiin, 1437) 

  1. Beramal

Amal shaleh adalah manifestasi dari ilmu yang telah diperoleh. Namun, amal yang diterima harus memenuhi syarat tertentu, seperti keikhlasan dalam niat, kesesuaian dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta kesungguhan dalam pelaksanaan. Rasa ihsan—kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi—akan menambah kualitas amal. Seorang muslim sejati juga menyadari bahwa segala keberhasilan dalam amal adalah anugerah dari Allah, sehingga ia terhindar dari sifat sombong dan merasa puas diri. Amal yang dilandasi dengan kerendahan hati ini adalah cerminan ibadah yang sejati. Disebutkan dalam Faidhul Qadiir;

‌العلم ‌بلا ‌عمل عاطل والعمل بغير علم باطل

“Ilmu tanpa amal tidak bermanfaat, dan amal tanpa ilmu tidak sah.” (Manaawi, 1356 H)

  1. Berdakwah

Dakwah merupakan salah satu tugas mulia yang menuntut kesabaran, kebijaksanaan, dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi objek dakwah. Efektivitas dakwah bergantung pada kemampuan untuk memahami kebutuhan serta keadaan audiens. Berikut adalah pendekatan yang relevan berdasarkan jenis objek dakwah:

  • Lemah ilmu dan iman: Pendekatan terbaik untuk kelompok ini adalah menggunakan kelembutan (rahmah). Dakwah yang penuh kasih sayang dan pengertian akan membantu mereka terbuka terhadap kebenaran.
  • Lemah ilmu, kuat iman: Bagi mereka yang memiliki iman yang baik tetapi kurang dalam ilmu, metode berupa nasehat yang menyentuh hati, dorongan motivasi, serta penjelasan yang sederhana namun jelas sangat diperlukan.
  • Kuat ilmu, lemah iman: Kelompok ini membutuhkan pendekatan yang meyakinkan. Karena mereka memiliki pengetahuan yang baik tetapi belum didukung oleh kekuatan iman, seorang pendakwah perlu membangun jembatan antara ilmu yang mereka miliki dengan keimanan. Dialog yang logis dan menginspirasi sangat efektif untuk memperkuat iman mereka melalui wawasan yang telah mereka pahami.
  • Kuat ilmu dan iman: Bagi mereka yang telah memiliki landasan kuat dalam ilmu dan iman, metode yang tepat adalah melalui penegakan disiplin dan aturan yang tegas terhadap pelanggaran. Hal ini bertujuan untuk menjaga komitmen mereka terhadap ajaran agama dan mencegah penyimpangan.

Dakwah yang benar adalah seni dalam menyampaikan kebenaran dengan cara yang bijak dan efektif. Seorang pendakwah yang memahami kondisi audiensnya dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan. Dengan kombinasi hikmah, ketegasan, dan kelembutan, dakwah menjadi sarana untuk mengangkat derajat keimanan umat serta memperbaiki kualitas kehidupan mereka. Allah Ta’ala berfirman;

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (An Nahl; 125)

  1. Bersabar

Kesabaran adalah kunci menghadapi segala ujian kehidupan. Seorang muslim harus sabar dalam menerima ketentuan Allah, dalam menjalankan ketaatan, dan dalam menghadapi musibah. Kesabaran ini adalah wujud keimanan yang kuat dan menjadi penopang utama dalam menghadapi tantangan, baik dari dalam diri maupun lingkungan sekitar. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan.” (Az Zumar; 10)

 

Kesempurnaan Internal dan Eksternal

Iman dan amal adalah refleksi dari kesempurnaan internal seorang muslim, sementara dakwah dan sabar mencerminkan kesempurnaan eksternal. Kolaborasi antara kedua aspek ini menjadi formula untuk mencapai keberhasilan sejati dan kebahagiaan yang hakiki. Dengan demikian, seorang muslim akan menjadi pribadi yang selamat dari segala bentuk kerugian, sebagaimana dijanjikan dalam Al-Qur’an.