Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍۢ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُوْدَةٍ ۚوَكَانُوْا فِيْهِ مِنَ الزّٰهِدِيْنَ
“Mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga murah, beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya.” (QS. Yusuf: 20)
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۗاِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“(Yusuf) berkata, ‘Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka dariku, niscaya aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentu aku akan menjadi orang yang bodoh.’ Maka, Tuhannya memperkenankan doanya dan menghindarkannya dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 33-34)
Salah satu pilar utama dalam meraih keberuntungan dalam kehidupan adalah sabar. Sabar bukan hanya sekadar menahan diri dalam menghadapi cobaan, tetapi juga mencakup kesabaran terhadap ketentuan Allah dan kesabaran untuk tetap menjaga diri agar tidak jatuh dalam kemaksiatan. Kedua jenis kesabaran ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah.
Kisah Nabi Yusuf ‘alaihis-salam mengajarkan kita banyak hal tentang sabar dalam menghadapi ujian hidup. Ketika beliau diuji dengan makar saudara-saudaranya yang tega melemparkannya ke dalam sumur, beliau bersabar menghadapi takdir yang tidak bisa beliau pilih. Kemudian, Allah mengirimkan seorang kafilah yang menemukan beliau dan membawanya keluar dari sumur, kemudian menjualnya dengan harga yang sangat murah kepada seorang pembesar Mesir.
Selanjutnya, Nabi Yusuf alaihis-salam diuji lagi dengan godaan istri pembesar Mesir yang berusaha merayu beliau untuk berbuat maksiat. Meskipun beliau memiliki peluang untuk memenuhi keinginan istri pembesar tersebut, nabi Yusuf alaihis-salam lebih memilih untuk sabar dan memilih penjara daripada melanggar perintah Allah. Kesabaran ini, meski sangat berat, ternyata membawa kemuliaan. Allah mengangkat derajat Yusuf, menjadikannya sebagai kepercayaan raja dan memberi kedudukan yang tinggi di negeri Mesir. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهِ لِأَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِيْ ۚ فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ أَمِينٌ
“Raja berkata, ‘Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilihnya sebagai orang yang dekat dengan diriku.’ Ketika raja berbicara kepadanya, dia berkata, ‘Sesungguhnya mulai hari ini engkau menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan sangat dipercaya.’” (QS. Yusuf: 54)
Keutamaan Dua Jenis Sabar
Sabar, dalam perspektif Islam, terbagi menjadi dua jenis utama. Pertama, sabar terhadap takdir Allah, yakni kesabaran dalam menerima segala yang telah ditentukan-Nya. Nabi Yusuf yang dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya adalah contoh sempurna dari jenis sabar ini. Beliau tidak memiliki pilihan atas apa yang terjadi, dan beliau tetap sabar dan tawakal kepada Allah.
Kedua, sabar untuk tidak bermaksiat, yang merupakan kesabaran dalam menghadapi godaan dan ujian yang kita bisa pilih untuk diikuti atau tidak. Ketika Nabi Yusuf menghadapi godaan istri pembesar Mesir, beliau memiliki pilihan untuk mengikuti kehendak wanita tersebut, namun beliau memilih untuk sabar dan lebih memilih penjara daripada melanggar hukum Allah. Inilah bentuk sabar yang lebih menuntut kesadaran dan kehendak yang kuat.
Amatilah bagaimana kedua jenis sabar ini memiliki keutamaan yang berbeda. Kesabaran dalam menerima takdir Allah menghasilkan penyelamatan, sedangkan kesabaran dalam menjaga diri dari kemaksiatan mengarah pada kemuliaan dan penghargaan tinggi dari Allah.
Dalam kehidupan kita, terkadang kita dihadapkan pada ujian yang berat, baik yang datang dari luar diri kita maupun yang berasal dari godaan dalam diri. Kisah Nabi Yusuf mengajarkan kita bahwa kesabaran bukan hanya soal menunggu, tetapi juga soal memilih untuk tetap berada di jalan yang benar meskipun godaan ada di sekitar kita. Kesabaran adalah ibadah yang tidak hanya diukur dari seberapa lama kita bisa bertahan, tetapi juga dari seberapa ikhlas kita dalam menjalani ujian tersebut dengan penuh tawakal kepada Allah.